Cari Blog Ini

Senin, 22 November 2010

Di Balik Celotehan Mereka, Aku Belajar

Ahhh..hari ini dapat pengalaman baru lagi. Seperti biasa, di sudut ruang BTA 8 aku mengajarkan fisika dan matematika anak2 kelas 3 SMA yang akan menghadapi UAN dan persiapan masuk universitas. Tadi sore sama dengan sore2 sebelumnya, terjadi celetukan2 kecil dari anak-anak yang mungkin sudah jenuh dengan segala aktivitas sekolah tapi masih ditambah dengan les sana sini, hanya untuk mengejar cita-cita, masuk ke PTN idaman meneka dan orang tua. Terselip rasa bangga di hati ini, melihat wajah2 lelah mereka yang tak sedikitpun menunjukkan kemalasan untuk belajar. Hemmm..jadi ingat masa2 SMA dulu. Bagaimana mati2an belajar untuk bisa masuk UI tanpa les dan bimbingan2 belajar lainnya. Maklum, bapak tidak bisa membiayai biaya les yang relatif mahal itu.
Materi yang aku ajarkan sebenarnya simpel, tentang gerak parabola. Aku suruh anak2 itu untuk mengerjakan soal yang ada di modul. Soalnya tentang berapa waktu yang dibutuhkan oleh sebuah pesawat Amerika agar tepat menjatuhkan bom di tempat yang dituju..Hahaha..dasar anak2, bukannya dikerjaian soalnya, mereka malah ngerjain aku.."Ahhh,,kakak jahat neh, masa' kita disuruh menghitung waktu untuk m=njatuhin bom,.dosa lah kak". Begitu kira2 celuetukan mereka..hahaha..aku cuma bisa terbengong2 sambil nahan ketawa..
Dari sudut ruang kecil yang berisi tidak lebih dari 20 anak SMA itu aku banyak belajar. Belajar bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik..Pendidik yang bukan hanya mengajarkan ilmu pasti, tapi juga lebih sering memberi motivasi..Mereka memang sedang butuh banyak motivasi. Belajar membuat orang mengerti ternyata tidak mudah. Belajar meyakinkan paradigma anak2 bahwa fisika itu tidak susah dan menyenangkan..Ahhh..dan yang lebih mengasyikkan lagi, aku belajar cara berkomunikasi yang baik..hehe..Kemampuan publik speaking ternyata sangat dibutuhkan. Benar kata dosen etprof saya, banyak orang pintar, tapi mereka tidak terlihat pintar, karna hanya bisa diam...Ahhh..di sudut itu aku menjadi tahu, mana muka yang mengangguk-angguk karna benar2 mengerti dan mana yg hanya ikut2an teman..aku belajar mengontrol emosi ketika berbicara, tidak seperti orang debat..dan yang membuat aku banyak belajar adalah masalah tulisan, hehe..anak2 sering mengkritik tulisan ku, kata mereka tulisanku jelek..Semangat adek2ku..Semoga kalian masuk PTN yang dicita-citakan..

Rabu, 10 November 2010

The Golden Way

"Tindakan tidak selalu menimbulkan kebahagiaan; tapi tidak ada kebahagaiaan tanpa tindakan". (Benyamin Disraeli).
Eddy Hammer's way:
1.      Punya kemauan keras dan tekad untuk meraih sukses.
2.     Kerja keras dan jujur.
3.     Berani berubah dan berganti bisnis yant tidak berkembang. menciptakan ide-ide pengembangan produk baru, agar selalu menjadi market leader.
4.     Pintar membaca peluang dan cepat mengantisipasi situasi yang buruk seperti krisis ekonomi.
5.     memperlakukan karyawan sebagai aset perusahaan dan selalu memotivasi mereka agar punya kemauan untuk maju bersama.
6.     efisiensi dan hemat di segala divisi perusahaan.
7.     Menyusun organisasi/manajemen yang solid, fondasi yang kuat, dengan menjaga cash flow dan tidak banyak berutang.
8.     pricing yang kompetitif.
9.     Punya hati nurani, tidak merugikan dan mematikan orang lain. Bersaing secara sehat. Jangan biarkan orang lain maupun kompetitor jatuh, segera bantu dan beri saran atas kekurangan-kurangannya.
10.mau mengaku dan meminta maaf terhadap siapapun.
11.selalu bersyukur kepada yang di atas, tidak serakah, berfikiran positif. Selalu berbuat kebaikan dan kebajikan serta banyak beramal tanpa pamrih.

“ satu-satunya rahasia meraih kepercayaan diri adalah...tidak ada rahasianya!. Cobalah menjadi diri sendiri. Jika kita merasa diri cukup baik, maka akan jadi baiklah kita adanya. Dan, jika merasa kurang baik, ingatlah bahwa kita tak kan pernah jadi orang seperti orang lain. Maka, jadilah diri sendiri”. – Larry King-
Dari manakah rasa percaya diri itu berasal:
1.     Learned Skill
Percaya diri merupakan kombinasi dari beberapa keterampilan, bukan hanya satu kualitas tertentu. Orang tidak dilahirkan dengan atau tanpa rasa percaya diri. Hal itu dapat dipelajari.
2.     Practise
Percaya diri dihasilkan dari latihan. Mungkin terlihat spontan, tetapi sebenarnya tidak.
3.     Internal locus of control
Rasa percaya diri dihasilkan dari apa yang disebut oleh para psikolog sebagai locus of control internal. Ini berarti orang yang mampu mengarahkan diri sendiri, yang menerima tanggung jawab atas hasil perbuatan mereka sendiri, memiliki kepercayaan diri yang lebih besar.

“ Pengalaman adalah suatu hal yang tidak dapat tergantikan. Pengalaman itu terdiri dari dua macam; pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain. Kebanyakan orang bisa belajar dengan baik dari pengalaman pribadinya, tapi banyak orang yang cuek terhadsap pengalaman orang lain. Ini bodoh. Kalau kamu bergantung sepenuhnya dari pembelajaran atas kesalahan kamu sendiri, tidak dapat disangkal bahwa kamu akan membuat banyak kesalahan yang fatal. Belajarlah dari segala hal yang ada di sekitarmu. Tidak ada alasan untuk membuat kesalahan sama yang telah dibuat oleh orang lain. Kalau kamu melakukannya, itu merupakan kesalahan kamu sendiri, dan kamu seharusnya tidak mengharapkan belas kasihan”. __no compassion__Donald Trump.
          “Kehidupan dunia kerja itu adalah berbuat sesuatu yang sebelumnya kamu pikir tidak bisa. Orang-orang yang berada di puncak selalu mengambil tantangan baru.”__D.A. Benton.

Kredibilitas Akuntan yang Dipertanyakan

Kasus Arthur Andersen, Praktik Akuntansi yang Dipertanyakan

Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak 1913. Selama perjalanannya perusahan ini mmiliki reputasi sebagai kepercayaan, integritas dan etika yang penting bagi perusahaan yang di bebani auditing secara independen dan melaporkan laporan-laporan perusahaan publik, dimana akurasi investor tergantung keputusan investasi.
Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi akuntansi dan mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-kekuatan integritasnya Arthur Andersen pernah menjadi model sebuah karakter teguh hati dan integritas yang merupakan profesionalitas dalam akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien besar membuka skandal-skandal besar yang membuat firma akuntansi ini tutup.

Isu-isu seputar hukum dan etika dalm pengauditan Andersen yang menyimpang
Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat sebuah tindakan malpraktik jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain:
  • Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan, dan perilaku manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.
  • Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.
  • Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.